Dan Tetap Tanya


Pertemuan ke dua saya dan dia pun terjadi secara tidak sengaja. Apa yang telah menjadi PR buat saya seolah harus bisa serta merta mempercayai bahwa dalam kehidupan kita ada konspirasi semesta yang benar-benar terencana. Pertemuan tidak sengaja dan rahasia, juga perkataan sebelum ia beranjak “semoga, dalam bersama yang akan datang, akan ada yang terungkap.”


Pagi itu saya ke pasar Wameo untuk membeli bahan-bahan dapur. Saya belanja seorang diri memasuki tempat-tempat sembako dan sayuran. Setelah dirasa cukup. Saya melajutkan langkah kaki saya menuju tempat penjualan ikan. Di sinilah tempat pertemuan tidak sengaja itu terjadi, di tempat penjualan ikan. Saya melihatnya tengah asik memotret sana sini. Melihat kesibukannya, saya memilih untuk sibuk memilih-milih ikan yang akan saya olah untuk makan siang nanti.

Saya berpikir bahwa ia pasti akan menghampiri saya. Betul saja, belum lama saya memilih ikan apa yang akan saya beli, ia telah hadir di samping saya dan berkata “pertemuan tidak sengaja dan menjadi rahasia.”

“Ya, sebuah hadia dari kebetulan memang menyenangkan. Bagaimana kalau kita namai perjumpaan kita sebagai Kebetulan-Kebetulan Yang Menyenangkan?”

“Keren juga. Untuk kedua kalinya saya sependapat denganmu.”

“Hey, apakah kamu selalu menghitung tiap-tiap sependapat terhadap orang lain?”

“Khusus untuk kamu saya akan menghitung tiap sependapat yang saya keluarkan.”

“Hahaha… brengsek.”

“BTW kenapa kamu belanja sendiri?”

“Biar bisa ditemani sama kamu hahaha.”

“Dasar laki-laki tukang gombal.”

“Ey… siapa yang lagi ngegombal. Kan faktanya kamu lagi temani saya di sini.”

“Hehehe iya.”

“Mengingat perkataanmu yang dulu tentang semoga dalam bersama yang akan datang, akan ada yang terungkap. Apa yang ingin kamu singkap?”

“Perbincangan kita tidak asik jika tak panjang. Kamu sedang sibuk dan saya enggan berbicara panjang lebar.”

Kemudian ia dengan sesuka hati beranjak pergi. Saya kembali memilih dan memutuskan membeli ikan bubara. Membiarkan punggungnya menjauh. Setelah semuanya sudah dibeli. Saya kembali ke rumah. Memasak kebutuhan makan siang ini.

Apalah kita, selain kedatangan-kedatangan.
Yang harus bersiap dengan kepergian-kepergian.

Syahid Muhammad.

“Orang datang dan pergi. Waktu ikut berlalu. Seperti hendak berkata bahwa sesuatu perlu meluruh. Dan saya harus tetap bersama perasaan yang terbuka menerima apa yang hadir dan apa yang mengalir. Biar saja. Biarkan saja riuh pasar Wameo  melahap habis pertemuan ke dua ini. Jika pertemuan ini berbekas dan menjadi kenangan, maka saya harus bersepakat pada diri sendiri bahwa kita harus siap mempersiapkan ruang, untuk sesuatu yang barangkali menjadi kamar para kenangan menghabiskan waktu.” Gumam saya dalam hati.

Saya tidak tahu kapan saya akan bertemu dia kembali. Sepertinya saya harus mengikuti caranya bermain. Bermain dalam pertemuan tidak sengaja dan akan menjadi rahasia. Lalu membiarkan semuanya tetap menjadi tanya. Kapan?

No comments for "Dan Tetap Tanya"