Meski Waktu Itu Sialan Namun Waktu Selalu Punya Kejutan


Waktu selalu berbalut rahasia. Namun waktu juga punya kejutan. Seperti senja kali ini. Saya sudah melewati banyak pasrah atau barangkali kesal yang dulu tak kunjung menyenangkan. Kemudian waktu mengasihani dan memberikan kejutan paling saya harapkan. Petemuan. Hadia di senja ini sungguh sangat mengejutkan juga membahagiakan.

Mendengarnya menyebut nama saya. Ada getaran aneh pada kedua kaki. Sungguh aneh getaran ini. Getaran ini bahkan hampir saja merubuhkan badan.

“Iya. Nama saya Ponja. Lebih tepatnya La Ponja.” jawab saya agak gerogi.

“Hahaha namamu unik sekali. Mirip dengan bahasa di India sana.” ucapnya tertawa.

“Hehehe ngomong-ngomong namamu siapa?”

“Sena.”

“Mmm (menggumam), namamu seperti kata senja yang kehilangan ‘j’-nya.”

Pani memerhatikan kami dari jauh. Perlahan ia mendekati dengan ekspresi wajah bertanya-tanya. Entah apa yang akan ia tanyakan nanti.

“Siapa dia?” tanya Sena sambil tatapan matanya di arahkan ke Pani.

“Lebih baik kalian kenalan saja.”

Pani semakin dekat. Kian dekat. Tak lama ia menyenggol bahu saya sambil berbisik “Siapa dia, Ponja?” lalu tersenyum paksa di depan Sena.

“Sudah. Kalian kenalan saja biar saling tahu.” Usai berkata demikian. Saya meninggalkan mereka. Mengambil gambar senja yang pilarnya kini telah habis dilahap cakrawala. Sedang nyiur di ujung sana mulai menjadi siluet. Orang di ujung sana juga seperti bayangan. Berjalan perlahan menuju ke peraduan.

Sambil mengambil gambar. Paru-paru ini sesak. Senyum tipis yang tertahan mengembang dari bibir ini. Rasa bahagia luar biasa menyerbu. Sesak tapi menyenangkan. Sungguh kebahagiaan ini mengejek. Kenapa harus menahan senyum? Kenapa harus menahan bahagia agar tidak terlihat salah tingkah? Ahh, malu-malu itu perlu dari pada malu-maluin.

Dari arah belakang mereka berdua menghampiri saya. Bangsat. Kenapa dada ini berdetak kencang? Ada apa ini? Mungkin saja saya sedang dijahili semesta. Atau barangkali saya saja yang tidak siap dengan pertemuan ini. Tapi, kenapa harus gugup? Bukankah mereka-mereka yang korupsi dan sering pungli tidak merasakan apa yang saya rasakan? Kok, anjing bangat kepala ini. Heheee.

“Ponja, kok gelagatmu aneh begitu?” tanya Pani memperlihatkan senyum usilnya. Rasanya pengen sekali saya buat sumbing bibirnya.

“Aneh bagaimana? Saya rasa saya biasa saja.” Jawab saya sembari memperlihatkan ekspresi bingung agar tidak terbaca.

“Ooo…” jawab Pani lewat intonasi suara menyebalkan. Pengen saya jitak kepalanya.

“Jadi kalian sudah saling kenal?” dengan cepat saya mencoba mengubah suasana yang tidak biasa ini.

“Sudah.” Jawab Sena singkat.

“Eh, maaf. Saya harus balik duluan. Karena saya harus belanja. Ponja, jaga anak orang baik-baik yaa.” Sambil berbalik Pani tertawa. Punggungnya menjauh lalu tenggelam menjadi siluet.

“Dasar Pani. Awas kamu akan saya jitak kepalamu.” Gumam saya dalam hati.

Seiring tenggelamnya punggung Pani. kini rasa canggung tumbuh liar. Keragu-raguan untuk membuka percakapan pun ikut menyertai. Agh, sialan perasaan-perasaan ini. Seharusnya yang ragu-ragu itu mereka pemilik jabatan untuk tidak ada-ada saja semasa berjabat. Apalagi sampai korupsi. Dan kenapa saya harus ragu-ragu. Kan saya tidak punya jabatan apalagi melakukan kesalahan saat ini.

Sena masih saja diam. Ia begitu khusyuk memandangi laut dan jingga yang sudah suram.

“Sena, hari sudah malam. Kamu tidak berniat untuk pulang?” tanya saya sambil memandangi wajahnya.

“Ponja, saya sudah menantikan perjumpaan ini begitu lama. Empat purnama terlewatkan. Perasaan ingin berjumpa lagi denganmu mengikat saya erat. Mendengar kata pulang di perjumpaan kita yang terbilang tak cukup lima menit terdengar mengerikan. Ponja, bisakah kita berdua lebih lama atau duduk di mana sambil menghabiskan waktu sesuka hati.” Sena menundukkan kepala. Seolah ketidak-relaan menguasai perasaannya. Ia tidak berani memalingkan wajahnya untuk melihat saya seperti sebelumnya.

“Kamu tahu Ponja. Perjumpan, perpisahan, dan penantian itu… (Bersambung)

Catatan:

Cerita merupakan cerita sebelumnya. Untuk membaca cerita sebelumnya silahkan klik di sini

No comments for "Meski Waktu Itu Sialan Namun Waktu Selalu Punya Kejutan"