Insiden Di Balik Sebuah Kejutan



“Kamu tahu Ponja. Perjuampaan, perpisahan, dan penantian itu merupakan hal paling menyakitkan. Begitu yang saya rasakan. Sering saya bertanya, kenapa kita harus dipertemukan? Dan untuk apa kerinduan ini mengutara padamu? Sungguh ini adalah penyiksaan.”


“Sena, apa yang kamu rasa dan tanyakan. Terjadi pada saya. Hanya saja saya tidak siap dan tidak menuntut sebuah jawaban. Kamu tahu Sena! Di balik sebuah kejutan ada kejutan lain yang datang beriringan. Dalam keadaan kita yang seperti ini. Pasti. Ada air mata. Entah itu untuk kesedihan atau untuk kebahagiaan. Sena, saya tidak siap jika harus sedih karena kejutan pertemuan kita hari ini. Di lain sisi, saya juga tidak ingin bahagia. Sebab saya tahu, bahagia hanyalah luka-luka yang terobati.”


“Ponja, apa yang kamu inginkan sekarang?” sehabis bertanya, ia mencoba memandangi wajah ini. Namun kami hanya menjadi siluet. Tak ada yang lebih dari sebuah bayangan.


“Saat ini!” jeda beberapa saat, “Saat ini saya hanya ingin kembali. Saya merasa bersyukur karena kita telah dipertemukan. Kerinduan yang sudah empat purnama menyesak dalam dada. Kini menyusut. Setidaknya saya bisa bernafas legah meski sesudah kerinduan pasti ada kerinduan lagi.”


“Siapa sebenarnya kamu, Ponja? Kenapa kamu bisa berpikir mendalam tapi tidak bijaksana pada dirimu sendiri.”


“Hahaha, bijaksana. Kamu tidak boleh menilai orang dengan cepat. Justru dengan begini saya sudah sangat bijaksana. Oh iya, perkenalkan saya orang bodoh. Menjadi bodoh adalah cara saya untuk tidak menjadi pintar. Pintar-pintar amat. Apalagi memaksa diri untuk pintar. Camkan itu Sena.”


Ia terdiam. Saya merasa bersalah. Sangat bersalah. Sebab kata-kata tadi pasti menyakiti perasaannya. 


“Maafkan saya, Ponja. Saya sudah kelewat harap. Terlalu ego. Jujur saja, saya punya keinginan untuk memilikimu. Dan ternyata itu adalah tabu. Saya terlalu pintar untuk hal yang tak pasti. Sekali lagi, maafkan saya, Ponja.”


Usai mengatakan demikian, Sena berpaling menuju parkiran. Berjalan seorang diri. Meski hanya tampak seperti bayangan. Kepalanya jelas menunduk. Ia berjalan seolah sedang menginjak duka. Duka yang sengaja dibuat bersama harap dan ego manusia.


“Andai saja kamu tahu Sena. Setiap kalimat yang tersampaikan padamu merupakan cara saya untuk menyelamatkan diri atas luka masa lalu. Bersyukurlah, sebab luka untuk kita berdua terjadi begitu pagi. Kita belum tercebur dalam siang bahagia namun nelangsa saat senja.” Gumam saya dalam hati sambil berjalan menuju jalur pulang. 


Dalam perjalanan pulang. Belum ada kendaraan yang lewat. Sial. Mana jarak antara Pantai Nirwana ke kota cukup jauh lagi. Hah, ternyata dibalik kejutan sore ini ada kesialan yang ikut serta. “Ponjaaa… Ponja. Betapa malang kamu hari ini,” ucap saya mengejek diri sendiri.


Sambil menyanyikan lagu naik-naik ke puncak gunung. Tinggi-tinggi sekali. Saya menyusuri jalan gelap. Hanya cahaya dari senter hp yang menerangi. Itupun tak akan lama. Karena baterai hp segera lagi menuju kematian. “Ohhh… Ponja. Lihat bagaimana malam mengejek kamu saat ini,” saya berteriak untuk menghibur diri. Lagu naik ke puncak gunung terus saya ulang. Bila bosan, lagu gelang sepatu gelang menjadi penggantinya.


Sekitar dua kilo meter saya berjalan. Dari arah belakang ada cahaya lampu motor. Saya begitu senang. Karena cahaya lampu motor itu seperti petunjuk bagi mereka yang selalu dipenuhi kegelapan. Dari setitik cahaya menjadi sebola cahaya. Saya melambaikan tangan. Kendaraan itu berhenti.


Lagi-lagi, apakah ini sebuah kejutan? Orang yang sedang saya hentikan laju motornya adalah Sena. Ah, rupanya semesta sedang bercanda. Tapi candaannya kali ini tidak lucu. 


“Kamu jalan kaki ke Nirwana?”


“Iya Sena.”


“Nekat sekali kamu. Sini naik tapi kamu yang bawa motor.”


“Oke. Tapi bagaimana kalua saya yang bonceng.”


“Tidak! Kamu yang bawa motor.”


“Oke.”


Bersambung…


Nanti kita lanjut di cerita berikutnya yang Berjudul Perbincangan Dari Atas Motor Bersamanya

NB: cerita ini merupakan lanjutan dari cerita sebelumnya yang berjudul Meski Waktu Itu Sialan Tapi Waktu Selalu Punya Kejutan

No comments for "Insiden Di Balik Sebuah Kejutan"